Maraknya ICT di Kampus

Penggunaan, dan pemanfaatan teknologi informasi (IT) di perguruan tinggi (PT) semakin marak saja. Terbukti dengan adanya pengakuan sejumlah universitas yang menyebutkan bahwa perguruan tingginya sudah memanfaatkan IT melalui pengadaan ICT (Information Communication Technology), disertai sejumlah implementasinya dalam proses pendidikan reguler.
Diantara sejumlah PT yang menggunakan ICT, adalah Universitas Bina Nusantara (UBinus). ''ICT merupakan suatu bentuk paduan antara komputer, dan komunikasi. Dulu, komputer, dan komunikasi merupakan dua hal yang terpisah. Namun, saat ini teknologi memungkinkan penyatuan kedua hal tersebut. Salah satunya ditandai dengan kehadiran internet, dan komunikasi mobile (bergerak). Dari situlah lahir istilah TI atau ICT,''kata Harjanto Prabowo, Chief Information Officer, Universitas Bina Nusantara.

Pendapat serupa terlontar pula dari Ir Jatmiko, MBA, MM, Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Universitas Indonusa Esa Unggul (UIEU). Menurutnya, ICT merupakan suatu perangkat teknologi yang diciptakan untuk mengelaborasi manfaat aplikasi komputer, komunikasi, dan informasi, menjadi suatu sistem yang terintegrasi. ''Dalam dunia pendidikan, pemanfaatan ICT akan mampu mendorong pengembangan pengetahuan, dan pemahaman mahasiswa, maupun dosen, secara lebih baik, dan objektif,''ujarnya. Contoh kecil, lanjut Jatmiko, saat ini, bila ingin menjelaskan suatu desain, bagi mahasiswa desain, dapat lebih detail, dan terlihat lebih nyata melalui pemanfaatan sistem ICT. Tidak lagi hanya sekedar gambar di atas kertas.

E-Learning
Bentuk implementasi yang paling nyata dari pemanfaatan ICT dalam universitas adalah adanya sistem pembelajaran E-Learning (electronic learning). ''Secara sederhana, bila ingin melihat apakah perguruan tinggi sudah memanfaatkan ICT, dapat dilihat dengan keberadaan program E-Learning dalam proses belajar mengajar,''kata Jatmiko. Seperti diketahui, lanjutnya, melalui implementasi program E-Learning, proses-belajar mengajar dapat dilakukan secara digital.

Baik di dalam kelas, maupun di luar kelas. Mahasiswa dapat mengakses bahan kuliah, melalui situs resmi kampus. Tak hanya itu, baik dosen, maupun mahasiswa pun dimungkinkan untuk menggali sumber-sumber informasi lain secara lebih luas, tak terbatas ruang, dan waktu, melalui internet.

Sementara di UBinus, lanjut Harjanto, ICT diimplementasikan ke dalam program Multi Channel Learning (MCL). Terdiri dari Classroom Channel, E-Learning, dan Self Study. Dengan demikian, kata Harjanto, E-Learning merupakan salah satu bentuk implementasi ICT di UBinus. Bila dijelaskan, tambah Harjanto, yang dimaksud dengan Classroom Channel, adalah kuliah tatap muka di kelas. Dosen, katanya, tidak lagi menerangkan dengan buku. Tetapi, melalui bahan kuliah yang sudah tercantum di dalam situs resmi.

Sehingga, pada saat melakukan pertemuan tatap muka, dosen akan membawa notebook, yang kemudian ditampilkan pada layar LCD yang terdapat di kelas. Selain, membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik, tampilan yang dihasilkan pun dapat terlihat lebih nyata. Sehingga, memudahkan siswa untuk memahami isi materi.

Keberadaan ICT pun, menurut Harjanto, dan Jatmiko, melahirkan Perpustakaan Digital. ''Perpustakaan Digital merupakan salah satu bentuk implementasi ICT dalam dunia pendidikan. Melalui keberadaan Perpustakaan Digital, mahasiswa dimungkinkan untuk mencari informasi di dalam perpustakaan, tanpa harus datang langsung ke perpustakaan,''ujar Harjanto. Dengan keberadaan Perpustakaan Digital,kata Jatmiko, mahasiswa dapat mencari jurnal, maupun buku-buku yang diperlukan tanpa mendatangi perpustakaan secara fisik. Caranya, cukup melakukan log in pada alamat Perpustakaan Digital, dan mencari informasi yang diperlukan melalui indeks yang tersedia. Lebih mudah, cepat, dan praktis.

Notebook
Dengan adanya implementasi ICT di dalam kampus, 'memaksa' mahasiswa untuk dapat terkoneksi dengan internet dimana pun, dan kapan pun. Dengan kata lain, mahasiswa harus mobile. Hal itu, seolah melahirkan pendapat bahwa, belajar di universitas yang memanfaatkan aplikasi ICT, berarti mahasiswa harus membekali diri dengan notebook. Jatmiko tidak memungkiri hal itu.

Menurutnya, pemberlakuan sistem E-Learning di UIEU, mau tidak mau membuat mahasiswa, dan dosen untuk selalu siap terkoneksi secara on-line. Untuk itu, pihaknya telah mewajibkan kepemilikan notebook pada sejumlah program studi. Tetapi Ia mengakui bahwa notebook memang tidak murah. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab pihak universitas yang mengimplementasikan ICT, untuk membantu memfasilitasi kepemilikan notebook dikalangan mahasiswa.

''Kami bekerja sama dengan sejumlah vendor TI untuk mendapatkan notebook yang memuat sistem aplikasi legal, dengan harga ringan,''paparnya. Tetapi, bagi sejumlah program studi, seperti Fakultas Hukum, meski pun sudah menggunakan sistem pembelajaran E-Learning, pihaknya belum mewajibkan kepemilikan notebook. ''Tetapi, flashdisk tetap wajib, gunanya untuk menyimpan bahan-bahan kuliah yang di-download,''tuturnya.

Sementara menurut Harjanto, maksud pemanfaatan ICT, pada dasarnya, adalah perguruan tinggi memberikan akses yang memudahkab mahasiswa untuk terkoneksi dengan situs resmi, maupun situs-situs lainnya untuk menggali informasi yang memiliki nilai edukasi. Caranya, antara lain memfasilitasi layanan wireless fidelity (Wi-Fi) di area kampus. Tetapi, pada saat di luar kampus, mahasiswa sebetulnya tidak harus memaksakan diri membeli notebook. Dapat pula memanfaatkan keberadaan warung internet, misalnya. Namun, bagi mahasiswa yang memang merasa perlu untuk memiliki notebook, tidak ada salahnya, pihak universitas memberikan akses yang memudahkan. UBinus sendiri, lanjutnya, telah bekerjasama dengan sejumlah vendor TI. Sehingga, mahasiswa dimungkinkan untuk membeli notebook dari vendor tersebut dengan harga yang lebih ringan.

Baik Jatmiko, maupun Harjanto sependapat bahwa kendala utama dalam pemanfaatan ICT di perguruan tinggi adalah mengubah budaya konvensional dalam proses belajar-mengajar. ''Pada saat pertama kali mengimplementasikan ICT di perguruan tinggi,sebetulnya hal yang tersulit adalah merubah budaya. Paradigma yang ada, dosen merupakan tokoh sentral dalam dunia pendidikan kampus. Tugasnya, mentrasfer pengetahuan. Sementara, mahasiswa berperan sebagai penerima informasi dari dosen. Sehingga, sifatnya lebih pasif,''ujar Harjanto. Merubah budaya pendidikan konvensional seperti itu ke dalam budaya pembelajaran berbasis ICT, lanjut Jatmiko, memang harus dilakukan sedikit-sedikit. Namun, tambah Jatmiko, dosen seharusnya mengetahui bahwa dalam pendidikan berbasis ICT, peran dosen hanyalah sebagai fasilisator. Untuk itu, tak kalah penting adalah memberikan pembekalan kepada dosen mengenai pemanfaatan ICT secara optimal dalam dunia pendidikan.

Share this post

Komentar

Posting Komentar